Perekonomian Indonesia
Kesenjangan dan Kemiskinan
Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian ,
tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas
hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan
dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan
kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah
global.
Sebagian orang memahami istilah ini secara
subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan
evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah
mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk
kepada negara-negara yang "miskin".
Secara etimologis, “kemiskinan” berasal dari
kata “miskin” yang artinya tidak berharta benda dan serba kekurangan.
Departemen Sosial dan Badan Pusat Statistik mendefinisikan kemiskinan dari
perspektif kebutuhan dasar. Kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan
individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPSdan
Depsos, 2002). Lebih jauh disebutkan kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang
berada dibawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan
non-makanan yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan
(poverty treshold).
Konsep Kemiskinan
Menurut David Harry Penny (1990:140) konsep kemiskinan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
· Kemiskinan
absolut dalam kaitannya dengan suatu sumber-sumber materi, yang dibawahnya
tidak ada kemungkinan kehidupan berlanjut; dengan kata lain hal ini adalah
tingkat kelaparan.
· Kemiskinan
relatif adalah perhitungan kemiskinan yang didasarkan pada proporsi distribusi pendapatan dalam suatu negara.
World Bank (BPS dalam
Haryati, 2003:95) menyusun ukuran kemiskinan relatif yang sekaligus digunakan
untuk mengukur tingkat pemerataan, yaitu dengan membagi penduduk menjadi 3 kelompok :
-
40%
penduduk berpendapatan rendah
-
40%
penduduk berpendapatan menengah
-
20%
penduduk berpendapatan tinggi.
Garis kemiskinan
Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi atau umum masyarakat mengenai garis kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan) lebih tinggi di negara maju daripada di negara berkembang.Hampir setiap masyarakat memiliki rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Garis kemiskinan berguna sebagai perangkat ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur rakyat miskin dan mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi, misalnya seperti program peningkatan kesejahteraan dan asuransi pengangguran untuk menanggulangi kemiskinan
Garis
Kemiskinan (GK)
Konsep
Definisi
Garis
Kemiskinan merupakan representasi dari jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2100
kilokalori per kapita per hari dan kebutuhan pokok bukan makanan.
Rumusan
Kegunaan
Untuk
mengukur beberapa indikator kemiskinan, seperti jumlah dan persentase penduduk
miskin (headcount index-Po), indeks kedalaman kemiskinan (poverty gap index-P1),
dan indeks keparahan kemiskinan (poverty severity index-P2)
Keterangan
Tambahan
Selain dari
Susenas Modul Konsumsi dan Kor, variabel lain untuk menyusun indikator
kemiskinan diperoleh dari Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar (SPKKD).
Interpretasi
Garis
kemiskinan menunjukkan jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2100 kilokalori per kapita
per hari dan kebutuhan pokok bukan makanan. Penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran konsumsi per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan
dikategorikan sebagai penduduk miskin.
Penyebab Kemiskinan
Secara umum, penyebab kemiskinan dapat dibagi kedalam empat mazhab (Spicker, 2002), yaitu:
1.
Individual explanation, mazhab
ini berpendapat bahwa kemiskinan cenderung diakibatkan oleh karakteristik
orang miskin itu sendiri. Karakteristik yang dimaksud sepertimalas dan
kurang sungguh-sungguh dalam segala hal, termasuk dalam bekerja.Mereka juga
sering salah dalam memilih pekerjaan, memilih jalan hidup,memilih tempat
tinggal, memilih sekolah dan lainnya. Gagal, sebahagian orang miskin bukan
karena tidak pernah memiliki kesempatan, namun ia gagal menjalani dengan baik
kesempatan tersebut. Seseorang yang sudah bekerja namun karena sesuatu
hal akhirnya ia diberhentikan (PHK) dan selanjutnya menjadi miskin. Ada
juga yang sebelumnya telah memiliki usaha yang baik, namun gagal dan
bangkrut,akhirnya menjadi miskin. Sebahagian lagi pernah memperoleh
kesempatan mengikuti pendidikan yang lebih tinggi, namun gagal menyelesaikannya,
drop out dan akhirnya menjadi miskin. Tidak jarang juga terlihat bahwa
seseorang menjadi miskin karena memiliki cacat bawaan.Dengan keterbatasannya
itu ia tidak mampu bekerja dengan baik, bersaing dengan yang lebihsehat
dan memiliki kesempatan yang lebih sedikit dalam berbagai hal yang dapat
menentukankondisi ekonomi hidupnya.
2.
Familial explanation, mazhab
ini berpendapat bahwa kemiskinan lebih disebabkan oleh faktor keturunan.
Tingkat pendidikan orang tua yang rendah telah membawa dia kedalam kemiskinan.
Akibatnya ia juga tidak mampu memberikan pendidikan yang layak kepada anaknya,
sehingga anaknya juga akan jatuh pada kemiskinan. Demikian secara terus
menerusdan turun temurun.
3.
Subcultural explanation,
menurut mazhab ini bahwa kemiskinan dapat disebabkan oleh kultur,
kebiasaan, adat-istiadat, atau akibat karakteristik perilaku
lingkungan. Misalnya,kebiasaan yang bekerja adalah kaum perempuan,
kebiasaan yang enggan untuk bekerja kerasdan menerima apa adanya,
keyakinan bahwa mengabdi kepada para raja atau orang terhormat meski
tidak diberi bayaran dan berakibat pada kemiskinan. Terkadang orang
seperti ini justru tidak merasa miskin karena sudah terbiasa dan memang
kulturnya yang membuat demikian.
4.
Keempat, Structural
explanations, mazhab ini menganggap bahwa kemiskinan timbul akibat dari
ketidakseimbangan, perbedaan status yang dibuat oleh adat istiadat,
kebijakan, dan aturan lain menimbulkan perbedaan hak untuk bekerja,
sekolah dan lainnya hingga menimbulkan kemiskinan di antara mereka yang statusnya rendah
dan haknya terbatas.Kemiskinan yang disebabkan oleh dampak kebijakan
pemerintah, atau kebijakan yang tidak berpihak pada kaum miskin juga masuk
ke dalam mazhab ini, sehingga kemiskinan yang timbul itu sering disebut
dengan kemiskinan struktural.Kemiskinan tidak hanya terdapat di desa,
namun juga di kota. Kemiskinan di desa terutama disebabkan oleh
faktor-faktor antara lain:
a.
Ketidakberdayaan. Kondisi ini
muncul karena kurangnya lapangan kerja, rendahnya hargaproduk yang dihasilkan
mereka, dan tingginya biaya pendidikan
b.
Keterkucilan, rendahnya tingkat
pendidikan, kurangnya keahlian, sulitnya transportasi, sertaketiadaan akses
terhadap kredit menyebabkan mereka terkucil dan menjadi miskin
c.
Kemiskinan materi, kondisi ini
diakibatkan kurangnya modal, dan minimnya lahan pertanianyang dimiliki
menyebabkan penghasilan mereka relatif rendah,
d.
Kerentanan, sulitnya
mendapatkan pekerjaan, pekerjaan musiman, dan bencana alam,membuat mereka
menjadi rentan dan miskin
e.
Sikap, sikap yang menerima
apa adanya dan kurang termotivasi untuk bekerja kerasmembuat mereka
menjadi miskin.Kemiskinan di kota pada dasarnya disebabkan oleh
faktor-faktor yang sama dengan di desa,yang berbeda adalah penyebab dari
faktor-faktor tersebut, misalnya faktor ketidakberdayaan dikota cendrung
disebabkan oleh kurangnya lapangan kerja, dan tingginya biaya hidup.
Kemiskinan dapat juga
disebabkan oleh:
(a) rendahnya kualitas angkatan
kerja,
(b) akses yang sulit dan
terbatas terhadap kepemilikan modal,
(c) rendahnya tingkat
penguasaan teknologi,
(d) penggunaan sumberdaya yang
tidak efisien,
(e) pertumbuhan penduduk yang
tinggi (Sharp et al, 2000).
Peran
Pemerintah
Dalam suatu negara, peran
pemerintah sangat menentukan, baik dalam membuat masyarakat menjadi
miskin, maupun keluar dari kemiskinan. Kebijakan yang kurang tepat dan ketidakpberpihakan
terhadap masyarakat miskin akan menciptakan kemiskinan yang lebih banyak
dan lebih dalam.Sebagai contoh, ijin yang diberikan pemerintah kepada
pengusaha untuk membukaperkebunan besar, terkadang menimbulkan kemiskinan.
Hutan yang dibabat dan dijadikankebun sawit, dapat membuat keringnya sungai dan
irigasi.Akibatnya sawah dan kolam telah kering, masyarakat tidak
dapat lagi menanam padi. Akhirnyamereka terpaksa menjadi buruh harian
kebun (bila diterima) yang sesungguhnya mereka tidakpunya keahlian dibidang
itu. Mereka tidak dapat lagi menyekolahkan anaknya dan akhirnya terperangkap
dalam kemiskinan.Kebijakan pemerintah membolehkan super market dan pasar modren
masuk hingga ke tingkatkecamatan juga akan berdampak terhadap pasar
tradisional yang sebahagian besar dikelolaoleh masyarakat kelas bawah.
Kebijakan yang berpihak pada pasar bebas dan kurang pedulidengan kesiapan
para petaninya sendiri tentu akan berdampak pada penurunan kesejahteraanmasyarakat
dan akhirnya berujung pada kemiskinan.Harga barang kebutuhan pokok yang
berfluktuasi bahkan cenderung naik, besarnya biayapendidikan dan kesehatan,
distribusi pendapatan yang tidak merata, pembangunan yangtimpang dan hanya
berpusat di pulau jawan dan kota serta banyak kebijakan lainnya yangkurang
berpihak, akan dapat menambah rentannya kondisi masyarakat.
Dampak Kemiskinan
Kemiskinan telah memberikan
dampak yang luas terhadap kehidupan, bukan hanya kehidupan pribadi mereka
yang miskin, tetapi juga bagi orang-orang yang tidak tergolong
miskin.Kemiskinan bukan hanya menjadi beban pribadi, tetapi juga menjadi beban
dan tanggung jawabmasyarakat, negara dan dunia untuk menanggulanginya.
kemiskinan juga disinyalir berdampak
pada berbagai penyakit sosial, kerusuhan,
ketidak teraturan, bahlan dapat menjatuhkan suatupemerintahan, seperti
kisahnya revolusi Perancis, kejatuhan orde lama dan juga orde baru dipicu
oleh kemiskinan dan kesenjangan.Di sinilah letak pentingnya peran pemerintah,
yaitu memainkan perannya dalam hal stabilitas,alokasi, dan distribusi.
Pemerintah harus berpihak pada rakyat karena satu dari beberapatugasnya
dalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh kerana itu, kebijakan
ekonomi harus
disusun untuk lebih pro growth (memacu pertumbuhan ekonomi), pro job
(memperluaslapangan kerja), pro poor (berpihak pada kaum miskin untuk
mengurangi kemiskinan) dan proenvironment (tetap
mejaga kelestarianlingkungan).
Pertumbuhan, kesenjangan dan kemiskinan
Dalam 7 tahun
terakhir, ekonomi Indonesia tumbuh cukup kuat dengan rerata pertumbuhan 5,64
persen. Namun, pertumbuhan tersebut belum mampu menurunkan angka kemiskinan
secara signifikan. Setiap pertumbuhan ekonomi 1 persen hanya dapat menurunkan
kemiskinan sebesar 0,116 persen pada periode 2010–2012 dan sebesar 0,059 persen
pada periode 2013–2016. Angka kemiskinan pada 2010 sebesar 13,3 persen kemudian
menyusut menjadi 10,5 persen pada 2017.
Sedangkan
untuk Gini rasio hingga September 2016 menurun 0,01 poin dibanding posisi yang
sama tahun tahun sebelumnya menjadi 0,40 poin. Hal ini mengindikasikan bahwa
kesenjangan pendapatan antara orang kaya dan miskin penduduk Indonesia kembali
menurun. Namun ini bukan merupakan suatu kabar baik, karena penurunan angka Gini
rasio ini lebih dipicu oleh masyarakat berpendapatan atas mengalami kemunduran.
Idealnya, penurunan kesenjangan didorong oleh kenaikan kelas dari berpendapatan
rendah ke golongan menengah dan golongan menengah berubah status menjadi
berpendapatan atas.
Sedangkan
jika dilihat secara spasial, struktur perekonomian Indonesia masih didominasi
oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa. Hal ini disebabkan karena aktivitas
ekonomi terpusat di Jawa, seperti industri, realisasi investasi, penyebaran
usaha hingga angka penyaluran kredit. Dari Sensus Ekonomi 2016 (SE2016) yang
diterbitkan oleh BPS, tercatat peningkatan jumlah usaha/perusahan sebesar 17,51
persen menjadi 26,71 juta usaha/perusahaan di Indonesia dibandingkan 10 tahun
sebelumnya.
Hal ini
kemudian mengakibatkan banyak wilayah di Indonesia dengan potensi alamnya yang
cukup besar, namun kontribusinya terhadap perekonomian nasional masih sangat
kecil. Salah satunya disebabkan karena pembangunan yang belum merata,
penyaluran kredit yang masih terpusat, yang kemudian menyebabkan sebaran
investasi dan lapangan usaha yang hanya bertumpuk di sebagian wilayah saja. Semua
ini mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki kesempatan awal yang adil dalam
hidup mereka. Sehingga mengurangi kemampuan mereka untuk sukses di masa depan.
Akhirnya mereka terjebak dalam pekerjaan berproduktivitas rendah, informal,dan
berupah rendah ditengah mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan.
INDIKATOR KESENJANGAN DAN KEMISKINAN
- Indikator Kesenjangan
Ada sejumlah cara untuk mengukur tingkat
kesenjangan dalam distribusi pendapatan yang dibagi ke dalam dua kelompok
pendekatan, yakni axiomatic dan stochastic dominance. Yang sering digunakan
dalam literatur adalah dari kelompok pendekatan pertama dengan tiga alat ukur,
yaitu the generalized entropy (GE), ukuran atkinson, dan koefisien gini.
Yang
paling sering dipakai adalah koefisien gini. Nilai koefisien gini berada pada
selang 0 sampai dengan 1. Bila 0 : kemerataan sempurna (setiap orang mendapat
porsi yang sama dari pendapatan) dan bila 1 : ketidakmerataan yang sempurna
dalam pembagian pendapatan.
Kurva
Lorenz, Kumulatif presentase dari populasi, Yang mempunyai pendapatan Ide dasar
dari perhitungan koefisien gini berasal dari kurva lorenz. Semakin tinggi nilai
rasio gini, yakni mendekati 1 atau semakin jauh kurva lorenz dari garis 45
derajat tersebut, semakin besar tingkat ketidakmerataan distribusi
pendapatan.Ketimpangan dikatakan sangat tinggi apabilai nilai koefisien gini
berkisar antara 0,71-1,0. Ketimpangan tinggi dengan nilai koefisien gini
0,5-0,7. Ketimpangan sedang dengan nilai gini antara 0,36-0,49, dan ketimpangan
dikatakan rendah dengan koefisien gini antara 0,2-0,35.
Selain alat ukur diatas, cara pengukuran
lainnya yang juga umum digunakan, terutama oleh Bank Dunia adalah dengan cara
jumlah penduduk dikelompokkan menjadi tiga group : 40% penduduk dengan
pendapatan rendah, 40% penduduk dengan pendapatan menengah, dan 20% penduduk
dengan pendapatan tinggi dari jumlah penduduk.
Selanjutnya, ketidakmerataan pendapatan diukur
berdasarkan pendapatan yang dinikmati oleh 40% penduduk dengan pendapatan
rendah. Menurut kriteria Bank Dunia, tingkat ketidakmerataan dalam distribusi
pendapatan dinyatakan tinggi, apabila 40% penduduk dari kelompok berpendapatan
rendah menerima lebih kecil dari 12% dari jumlah pendapatan. Tingkat
ketidakmerataan sedang, apabila kelompok tersebut menerima 12% sampai 17% dari
jumlah pendapatan. Sedangkan ketidakmerataan rendah, apabila kelompok tersebut menerima lebih besar 17 % dari jumlah
pendapatan.
2. Indikator Kemiskinan
Batas garis kemiskinan yang digunakan setiap
negara ternyata berbeda-beda. Ini disebabkan karena adanya perbedaan lokasi dan
standar kebutuhan hidup. Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan batas miskin
dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi
kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan (BPS, 1994).
Untuk kebutuhan minimum makanan
digunakan patokan 2.100 kalori per hari. Sedangkan pengeluaran kebutuhan minimum
bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang
dan jasa.
Dengan kata lain, BPS menggunakan 2 macam
pendekatan, yaitu pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach) dan
pendekatan Head Count Index. Pendekatan yang pertama merupakan pendekatan yang
sering digunakan. Dalam metode BPS, kemiskinan dikonseptualisasikan sebagai
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Sedangkan Head Count Index
merupakan ukuran yang menggunakan kemiskinan absolut. Jumlah penduduk miskin
adalah jumlah penduduk yang berada di bawah batas yang disebut garis
kemiskinan, yang merupakan nilai rupiah dari kebutuhan minimum makanan dan non
makanan. Dengan demikian, garis kemiskinan terdiri dari 2 komponen, yaitu garis
kemiskinan makanan (food line) dan garis kemiskinan non makanan (non food
line).
Untuk mengukur kemiskinan terdapat 3 indikator
yang diperkenalkan oleh Foster dkk (1984) yang sering digunakan dalam banyak
studi empiris. Pertama, the incidence of proverty : presentase dari populasi
yang hidup di dalam keluarga dengan pengeluaran konsumsi perkapita dibawah
garis kemiskinan, indeksnya sering disebut rasio H. Kedua, the dept of proverty
yang menggambarkan dalamnya kemiskinan disuatu wilayah yang diukur dengan
indeks jarak kemiskinan (IJK), atau dikenal dengan sebutan proverty gap index.
Indeks ini mengestimasi jarak/perbedaan rata-rata pendapatan orang miskin dari
garis kemiskinan sebagai suatu proporsi dari garis tersebut yang dapat
dijelaskan dengan formula sebagai berikut :
Pa = (1
/ n) ∑i [(z - yi) / z]a
Indeks Pa ini sensitif terhadap distribusi jika a >1. Bagian [(z - yi) / z] adalah perbedaan antara garis kemiskinan (z) dan tingkat pendapatan dari kelompok keluarga miskin (yi) dalam bentuk suatu presentase dari garis kemiskinan. Sedangkan bagian [(z - yi) / z]a adalah presentase eksponen dari besarnya pendapatan yang tekor, dan kalau dijumlahkan dari semua orang miskin dan dibagi dengan jumlah populasi (n) maka menghasilkan indeks Pa. Ketiga, the severity of property yang diukur dengan indeks keparahan kemiskinan (IKK). Indeks ini pada prinsipnya sama seperti IJK.
Namun,
selain mengukur jarak yang memisahkan orang miskin dari garis kemiskinan, IKK
juga mengukur ketimpangan di antara penduduk miskin atau penyebaran pengeluaran
diantara penduduk miskin. Indeks ini yang juga disebut Distributionally
Sensitive Index dapat juga digunakan untuk mengetahui intensitas kemiskinan.
Kemiskinan di Indonesia
Jumlah
penduduk miskin Indonesia 26,58 juta orang
Selasa, 2 Januari 2018 13:47 WIB
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto
mengatakan jumlah penduduk miskin yang tercatat pada September 2017 mencapai
26,58 juta orang atau menurun 1,19 juta orang dari Maret 2017 sebesar 27,77
juta orang.
"Ini merupakan capaian menggembirakan, karena persentase penduduk miskin September 2017 turun menjadi 10,12 persen," kata Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Suhariyanto mengatakan jumlah penduduk miskin ini juga menurun dari periode sama tahun lalu yaitu September 2016 yang tercatat sebesar 27,76 juta orang.
Ia menambahkan jumlah penduduk miskin di kota selama periode Maret-September 2017 turun sebesar 401,28 ribu orang, dari sebelumnya 10,67 juta orang menjadi 10,27 juta orang.
Sementara itu, jumlah penduduk miskin di desa pada periode ini ikut turun sebanyak 786,95 ribu orang, dari sebelumnya 17,10 juta orang menjadi 16,31 juta orang.
Ia menjelaskan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan selama periode Maret-September 2017 salah satunya adalah inflasi umum yang relatif rendah yaitu 1,45 persen.
Selain itu, rata-rata upah nominal buruh tani per tani pada September 2017 naik sebesar 1,5 persen dibandingkan Maret 2017, dari Rp49.473 menjadi Rp50.213.
"Sejalan dengan itu, upah riil buruh tani per hari pada September 2017 naik sebesar 1,05 persen dibandingkan Maret 2017, yaitu dari Rp37.318 menjadi Rp37.711," ujar Suhariyanto.
Dalam periode yang sama, upah nominal buruh bangunan per hari pada September 2017 naik sebesar 0,78 persen dibandingkan Maret 2017 yaitu dari Rp83.724 menjadi Rp84.378.
"Namun, upah riil buruh bangunan per hari pada September 2017 turun 0,66 persen dibandingkan Maret 2017, yaitu dari Rp65.297 menjadi Rp64.867. Ini perlu menjadi catatan," tambah Suhariyanto.
Suhariyanto mengatakan harga komoditas pokok yang terkendali dalam periode ini ikut menekan laju kenaikan garis kemiskinan serta membantu daya beli masyarakat.
Jenis komoditas makanan yang berpengaruh terhadap garis kemiskinan di kota maupun desa adalah beras, rokok kretek filter, daging sapi, telur ayam ras, mie instan dan gula pasir.
Sedangkan komoditas nonmakanan yang berpengaruh terhadap garis kemiskinan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan dan perlengkapan miskin.
Berdasarkan data Susenas September 2017, penyaluran beras sejahtera (rastra) yang diterima oleh 30 persen rumah tangga juga ikut membantu penurunan tingkat kemiskinan.
Persentase penduduk miskin terbesar masih berada di wilayah Maluku dan Papua yaitu 21,23 persen, namun jumlah penduduk miskin terbanyak terjadi di Jawa yaitu 13,94 juta orang.
Secara keseluruhan, tingkat kemiskinan sejak periode 1999 hingga September 2017 di Indonesia terus mengalami penurunan dari sisi jumlah maupun persentase.
Pada 1999 jumlah penduduk miskin sempat tercatat mencapai 47,97 juta orang atau sekitar 23,43 persen dari jumlah penduduk di Indonesia.
Pengecualian terjadi pada 2006, September 2013 dan Maret 2015 yang dipicu oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak.
"Ini merupakan capaian menggembirakan, karena persentase penduduk miskin September 2017 turun menjadi 10,12 persen," kata Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Suhariyanto mengatakan jumlah penduduk miskin ini juga menurun dari periode sama tahun lalu yaitu September 2016 yang tercatat sebesar 27,76 juta orang.
Ia menambahkan jumlah penduduk miskin di kota selama periode Maret-September 2017 turun sebesar 401,28 ribu orang, dari sebelumnya 10,67 juta orang menjadi 10,27 juta orang.
Sementara itu, jumlah penduduk miskin di desa pada periode ini ikut turun sebanyak 786,95 ribu orang, dari sebelumnya 17,10 juta orang menjadi 16,31 juta orang.
Ia menjelaskan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan selama periode Maret-September 2017 salah satunya adalah inflasi umum yang relatif rendah yaitu 1,45 persen.
Selain itu, rata-rata upah nominal buruh tani per tani pada September 2017 naik sebesar 1,5 persen dibandingkan Maret 2017, dari Rp49.473 menjadi Rp50.213.
"Sejalan dengan itu, upah riil buruh tani per hari pada September 2017 naik sebesar 1,05 persen dibandingkan Maret 2017, yaitu dari Rp37.318 menjadi Rp37.711," ujar Suhariyanto.
Dalam periode yang sama, upah nominal buruh bangunan per hari pada September 2017 naik sebesar 0,78 persen dibandingkan Maret 2017 yaitu dari Rp83.724 menjadi Rp84.378.
"Namun, upah riil buruh bangunan per hari pada September 2017 turun 0,66 persen dibandingkan Maret 2017, yaitu dari Rp65.297 menjadi Rp64.867. Ini perlu menjadi catatan," tambah Suhariyanto.
Suhariyanto mengatakan harga komoditas pokok yang terkendali dalam periode ini ikut menekan laju kenaikan garis kemiskinan serta membantu daya beli masyarakat.
Jenis komoditas makanan yang berpengaruh terhadap garis kemiskinan di kota maupun desa adalah beras, rokok kretek filter, daging sapi, telur ayam ras, mie instan dan gula pasir.
Sedangkan komoditas nonmakanan yang berpengaruh terhadap garis kemiskinan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan dan perlengkapan miskin.
Berdasarkan data Susenas September 2017, penyaluran beras sejahtera (rastra) yang diterima oleh 30 persen rumah tangga juga ikut membantu penurunan tingkat kemiskinan.
Persentase penduduk miskin terbesar masih berada di wilayah Maluku dan Papua yaitu 21,23 persen, namun jumlah penduduk miskin terbanyak terjadi di Jawa yaitu 13,94 juta orang.
Secara keseluruhan, tingkat kemiskinan sejak periode 1999 hingga September 2017 di Indonesia terus mengalami penurunan dari sisi jumlah maupun persentase.
Pada 1999 jumlah penduduk miskin sempat tercatat mencapai 47,97 juta orang atau sekitar 23,43 persen dari jumlah penduduk di Indonesia.
Pengecualian terjadi pada 2006, September 2013 dan Maret 2015 yang dipicu oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak.
Faktor penyebab kemiskinan
1).Pendidikan yang Rendah. Tingkat
pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan
tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan pendidikan atau
keterampilan yang dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan kemampuan
seseorang untuk masuk dalam dunia kerja.
2).Malas Bekerja. Adanya sikap malas
(bersikap pasif atau bersandar pada nasib) menyebabkan seseorang bersikap acuh
tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.
3).Keterbatasan Sumber Alam. Suatu
masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila sumber alamnya tidak lagi memberikan
keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan masyarakat itu
miskin karena sumberdaya alamnya miskin.
4). Terbatasnya Lapangan Kerja.
Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi
masyarakat. Secara ideal seseorang harus mampu menciptakan lapangan kerja baru
sedangkan secara faktual hal tersebut sangat kecil kemungkinanya bagi
masyarakat miskin karena keterbatasan modal dan keterampilan.
5). Keterbatasan Modal. Seseorang miskin
sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi alat maupun bahan dalam
rangka menerapkan keterampilan yang mereka miliki dengan suatu tujuan untuk
memperoleh penghasilan.
6). Beban Keluarga. Seseorang yang mempunyai anggota
keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan usaha peningakatan pendapatan
akan menimbulkan kemiskinan karena semakin banyak anggota keluarga akan semakin
meningkat tuntutan atau beban untuk hidup yang harus dipenuhi
Selain dari berbagai pendapat
di atas, kemiskinan secara umum disebabkan oleh dua faktor,yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
1.
Faktor internal adalah faktor
yang datang dari dalam diri orang miskin, seperti sikap yang menerima apa
adanya, tidak bersungguh-sungguh dalam berusaha, dan kondisi fisik yang
kurang sempurna.
2.
Faktor eksternal adalah faktor
yang datang dari luar diri si miskin,seperti keterkucilan karena akses
yang terbatas, kurangnya lapangan kerja, ketiadaan kesempatan, sumber daya alam
yang terbatas, kebijakan yang tidak berpihak dan lainnya.
Sebahagian besar faktor yang
menyebabkan orang miskin adalah faktor eksternal.Beberapa faktor penyebab
kemiskinan lainnya adalah pertumbuhan ekonomi lokal dan globalyang rendah,
pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan stabilitas politik yang tidak
kondusif.
Kebijakan Anti Kemiskinan
Kemiskinan merupakan permasalahan bangsayang mendesakdan
memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistemik,terpadu dan
menyeluruh yang dilakukan oleh Pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dunia usaha (sektor swata) dan masyarakat merupakan pihak-pihak yang
memiliki tanggungjawab sama terhadap penanggulangan kemiskinan..
Jadi Kantong Kemiskinan, Wilayah Ini Dapat Perhatian Khusus Pemerintah
Jadi Kantong Kemiskinan, Wilayah Ini Dapat Perhatian Khusus Pemerintah
Strategi-strategi
penanggulangan kemiskinan tersebut diantaranya:
1. Memperbaiki Program Perlindungan Sosial
Prinsip
pertama adalah memperbaiki dan mengembangkan sistem perlindungan sosial bagi
penduduk miskin dan rentan. Sistem perlindungan sosial dimaksudkan untuk
membantu individu dan masyarakat menghadapi goncangan-goncangan (shocks) dalam
hidup, seperti kesehatan, jatuh sakit, kematian anggota keluarga, kehilangan
pekerjaan, ditimpa bencana atau bencana alam, dan sebagainya. Sistem
perlindungan sosial yang efektif akan mengantisipasi agar seseorang atau
masyarakat yang mengalami goncangan tidak sampai jatuh miskin. Contohnya
diberlakukannya kartu BPJS, Kartu Indonesia Sehat, Jaminan Kesehatan
Masyarakat.
2. Meningkatkan Akses Terhadap Pelayanan Dasar
Prinsip
kedua dalam penanggulangan kemiskinan adalah memperbaiki akses kelompok
masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar. Akses terhadap pelayanan pendidikan,
air bersih dan sanitasi, serta pangan dan gizi akan membantu mengurangi biaya
yang harus dikeluarkan oleh kelompok masyarakat miskin. Disisi lain peningkatan
akses terhadap pelayanan dasar mendorong peningkatan investasi modal manusia
(human capital). Contohnya seperti diberlakukannya Kartu Indonesia Pintar
(pendidikan).
3.Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Miskin
Prinsip
ketiga adalah upaya memberdayakan penduduk miskin menjadi sangat penting untuk
meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan penanggulangan kemiskinan. Dalam
upaya penanggulangan kemiskinan sangat penting untuk tidak memperlakukan
penduduk miskin semata-mata sebagai obyek pembangunan. Upaya untuk
memberdayakan penduduk miskin perlu dilakukan agar penduduk miskin dapat
berupaya keluar dari kemiskinan dan tidak jatuh kembali ke dalam kemiskinan. Contohnya pemberian
motivasi pada seminar kecil/kumpul warga.
4. Pembangunan Inklusif
Prinsip
keempat adalah Pembangunan yang inklusif yang diartikan sebagai pembangunan
yang mengikutsertakan dan sekaligus memberi manfaat kepada seluruh masyarakat. Stabilitas ekonomi makro merupakan prasyarat
penting untuk dapat mengembangkan dunia usaha. Selain itu juga diperlukan
kejelasan dan kepastian berbagai kebijakan dan peraturan. Begitu juga, ia
membutuhkan kemudahan berbagai hal seperti ijin berusaha, perpajakan dan
perlindungan kepemilikan. Selanjutnya, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
harus didorong untuk terus menciptakan nilai tambah, termasuk melalui pasar
ekspor. Pertumbuhan yang berkualitas juga mengharuskan adanya prioritas lebih
pada sektor perdesaan dan pertanian. Daerah perdesaan dan sektor pertanian juga
merupakan tempat di mana penduduk miskin terkonsentrasi. Dengan demikian, pengembangan
perekonomian perdesaan dan sektor pertanian memiliki potensi besar untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang menghasilkan penyerapan tenaga kerja dalam
jumlah besar dan pengurangan kemiskinan secara signifikan.
Liputan6.com, Jakarta Pemerintah fokus
menjalankan program pengentasan kemiskinan di Provinsi Jawa Barat bagian
selatan. Langkah itu terkait tingginya tingkat kemiskinan di wilayah tersebut.
Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan, wilayah Jawa
Barat bagian selatan, khususnya Sukabumi bagian selatan merupakan kantong
kemiskinan, yang mewakili provinsi tersebut.
Itu ada
kantong kemiskinan yang tidak sesuai dengan profile Jawa Barat secara
keseluruhan," kata Bambang, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman, Jakarta, Selasa (3/4/2018).
Menurut
Bambang, pemerintah memberikan perhatian khusus hingga level desa di
wilayah tersebut, untuk mengentaskan kemiskinan dengan meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya.
"Ya itu
penguatan di Sukabumi bagian selatan. Mau ada perhatian khusus sampai ke level
kampung, desa," tutur dia.
Bambang
menyebutkan, upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di antaranya
mengentaskan masalah kesehatan, menyediakan perumahan dan air yang layak, serta
infrastruktur jalan dan jembatan di wilayah tersebut.
"Pokoknya
yang bisa mengatasi kemiskinan, pokoknya yang penting adalah akses membuka
akses," tandasnya.
Sumber :
https://www.qureta.com/post/riset-kesenjangan-kemiskinan-dan-pertumbuhan-ekonomi-indonesia
https://m.liputan6.com/bisnis/read/3424435/jadi-kantong-kemiskinan-wilayah-ini-dapat-perhatian-khusus-pemerintah

Komentar
Posting Komentar